Sekitar satu
tahun ini saya bekerja di Kutai Barat tepatnya di Kecamatan Melak. Tidak begitu
banyak informasi yang saya tahu tentang Melak ataupun Kutai Barat sebelumnya.
Sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh hutan belantara, itu dipikiran saya
waktu itu. Menantang diri saya sendiri yang dari lahir tinggal di Samarinda,
kenapa tidak? Ternyata Kutai Barat begitu membuat saya kagum dan jatuh cinta. Banyak potensi
wisata yang bisa digali di daerah ini.
Kutai Barat
merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Kutai yang telah ditetapkan
berdasarkan UU. Nomor 47 Tahun 1999 yang beribukotakan Sendawar. Berdasarkan UU
Nomor 2 Tahun 2013, Kabupaten Kutai Barat dimekarkan lagi melahirkan Kabupaten
Mahakam Ulu.
Kutai Barat
terkenal dengan floranya, yaitu Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) yang
terletak di Cagar Alam Kersik Luwai. Kutai Barat juga memiliki rumah adat yang
disebut Lamin, air terjun, danau, serta berbagai kerajinan. Selain itu Kutai
Barat juga menyimpan potensi wisata sejarah Perang Dunia II.
Sejarah Samarinda II Airfield
Samarinda II
Airfield adalah pangkalan udara rahasia yang didirikan Belanda pada tahun 1936
dan beroperasi pada tahun 1938. Samarinda II berada di 115° 46' 0" E / 0°
12' 0" S (Melak East) dan 115° 44' 0" E / 0° 13' 0" S (Melak
West).
Belanda
menggunakan pangkalan tersebut sebagai antisipasi bila terjadi perang dan
seluruh pangkalan udara lain dihancurkan musuh. Nama sandi lapangan terbang
rahasia ini adalah Scheveningen. Pada saat itu lapangan ini tertutup hutan
rimba dan untuk masuk ke lapangan tersebut hanya dengan melalui Sungai Mahakam.
Serangan dadakan atas lapangan udara itu sangatlah mustahil dilakukan.
Kerahasian lapangan udara rahasia ini hanya diketahui beberapa orang Pegawai
Belanda saja.
Pada saat
itu Samarinda II Airfield berada dibawah komando Major KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) G. du Rij van Beest Holle dengan
500 orang personel. Satuan ini terdiri dari:
• KNIL
Infantry Company
• Anti-Aircraft Battery (4 x 40mm guns)
• Anti-Aircraft Machine-Gun Platoon (AAMG)
• Mobile Auxiliary First Aid Platoon
• Milisi Datasemen dengan 5 regu independen dengan sekitar 75 orang
• Anti-Aircraft Battery (4 x 40mm guns)
• Anti-Aircraft Machine-Gun Platoon (AAMG)
• Mobile Auxiliary First Aid Platoon
• Milisi Datasemen dengan 5 regu independen dengan sekitar 75 orang
Ie Vliegtuiggroep (Grup 1)
• 1-VI.G.I (Bomber Skuadron) dengan 11 WH-3 Glenn Martin bombers, dikomandani oleh KNIL Air Force Captain W.F.H. van Rantwijk.
Ve Vliegtuiggroep (Grup 5)
• I- 1.VI.G.V. (Fighter Skuadron) dengan 4 B-339D Brewster Buffalo fighters, dikomandani oleh KNIL Air Force 1st Lieutenant P.A.C. Benjamins.
• II-1-VI.G.V (Fighter Skuadron) dengan 4 B-339D Brewster Buffalo fighters, dikomandani oleh KNIL Air Force 2nd Lieutenant J.N. Droog.
Pada 24 januari 1942 Angkatan Udara Jepang menemukan pangkalan udara ini dan terus menerus menggempurnya selama dua hari dengan pesawat A6M2 Zero dan dicegat oleh 5 Brewster Buffaloes. Dua pesawat Brewster Buffaloes Belanda ditembak jatuh dan sebuah pesawat A6M2 Zero milik Jepang jatuh di lapangan udara namun pilotnya selamat.
Pada 28 Januari 1942, dua pesawat Brewster Buffaloes lainnya ditembak jatuh dan Belanda mengevakuasi pangkalan udara ini namun pasukan diperintahkan tetap berada di lapangan udara karena Ameriak berjanji akan mengirimkan 1000 pasukan. Sebagian besar tentara KNIL pergi berpencar masuk ke hutan dan bertempur namun para tentara KNIL kewalahan dan dihabisi oleh Jepang. Selain itu Jepang juga meminta bantuan orang-orang Dayak untuk menghabisi mereka (http://www.pacificwrecks.com/airfields/indonesia/samarinda2/).
Pasukan Jepang akhirnya tiba di Samarinda II Airfield pada 19 Maret 1942. Namun Jepang tidak menggunakan Samarinda II Airfield karena sulitnya pasokan (sekitar 160 kilometer dari Balikpapan melalui medan yang cukup sulit). Mereka mengambil apa yang berguna, dan meninggalkan satu detasemen infanteri kecil untuk menjaga salah satu landasan untuk penggunaan darurat. Gerard du Rij van Beest Holle dibawa disebuah Kem Jepang yang berada di Tarakan dan pada 4 Juni 1944 Ia meninggal. Ia dikuburkan kembali setelah perang di pemakaman perang Belanda Kembang
Kuning ke Surabaya, di Blok B, No 414 (http://www.stiwotforum.nl/viewtopic.php?p=180699).
Keadaan Samarinda II Airfield Sekarang
Menurut
artikel berita di http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/89756-hargai-sejarah-resimen-au-melak-layak-dibangun.html
, sekitar tahun 70-an Samarinda Airfield diwacanakan sebagai lapangan tembak
udara oleh TNI AU. Namun wacana tersebut gagal karena terkendala dengan
bangunan milik warga. Komandan Lanud (Danlanud) Balikpapan Kolonel Pnb Tri Bowo
Budi Santoso mendukung pembangunan Resimen AU di Melak, sebagai bentuk
pertahanan dan kesiapan jika terjadi perang.
Sejumlah
perlengkapan Perang Dunia II masih bisa ditemukan di sejumlah titik di wilayah
kawasan Pangkalan Udara TNI-AU Perwakilan Kubar. Tepatnya di Jalan Sendawar
Raya, Kampung Gemuhan Asa (Bohoq) Kecamatan Barong Tongkok, atau 9 kilometer
dari pusat perkantoran Pemkab Kubar menuju Melak. Hasil penelusuran di kawasan
eks Samarinda II Airfield masih bisa kita temui diantaranya gudang peluru,
bunker, pillbox (sarana pertahanan
menahan gempuran udara). Lalu ada dua bangunan yang kini digunakan sebagai
Kantor Perwakilan TNI-AU di Kubar. Sekitar 600 meter kita dapat menemukan
bangunan yang dulunya adalah rumah sakit dan sekarang difungsikan sebagai
kantor PDAM.
Sekitar
tahun 2009 sebuah bangunan tua peninggalan Belanda dirobohkan untuk proyek
pelebaran Jalan Poros Barong Tongkok – Melak. Disana ditemukan banyak mortir
peninggalan Perang Dunia II dan kini diamankan di Gudang AURI yang juga
merupakan gedung peninggalan Belanda. (agak serem juga masuk kesana karena pertama
kali kesana ketemu ular, dan amit-amit sampe keinjak granat. Lol).
Selain itu
yang juga menjadi tantangan dalam pelestarian peninggalan Perang Dunia II
adalah adanya perselisihan lahan dengan warga sekitar. Banyak kawasan
peninggalan Perang Dunia II sekarang telah menjadi tempat tinggal, kebun, serta
kandang ternak milik warga. Sangat diperlukan kesadaran dari semua pihak baik
Pemerintah, warga sekitar, dan seluruh masyarakat Indonesia dalam menjaga
peninggalan bersejarah ini. Yang sedikit bisa saya lakukan adalah menyusun
tulisan ini, agar masyarakat luas mengetahui adanya situs penting peninggalan
Perang Dunia II. Kita semua merasa memiliki dan berkewajiban
menjaganya agar kita tidak melupakan peristiwa bersejarah yang telah terjadi di
Kutai Barat.
Martin Bomber, salah satu jenis pesawat yang beroperasi pada saat itu
Makam Maj. Inf. KNIL Gerard du Rij van Beest Holle di pemakaman perang Belanda Kembang Kuning Surabaya,di Blok B, No 414
Eks. Bangunan Belanda, sekarang menjadi Kantor Perwakilan TNI AU di Kutai BaratEks. Bangunan Belanda yang digunakan sebagai Kantor PDAM (bagian depan)
Eks. Bangunan Belanda yang digunakan sebagai Kantor PDAM (bagian belakang)

Mortir di sebuah bangunan di kawasan Kantor TNI AU
Bandar Udara Melalan Sendawar, Kutai Barat sekarang
Reruntuhan gedung eks. Belanda di lingkungan Kantor TNI AU

Pillbox
Bekas tempat pemandian
Bekas penjara
Bekas penampungan air/sumur
F
BalasHapusSelamat malam, saya Amelia Debora mahasiswa FKIP unmul pendidikan sejarah. Bisakah saya minta alamat e-mail bapak untuk keperluan penelitian saya?
BalasHapus