Sabtu, 25 Juli 2015

MILIR-MUDIK KUTAI BARAT

Orang di Kutai Barat menyebut "mudik" untuk pulang kembali ke Kutai Barat, dan pergi keluar Kutai Barat orang-orang menyebutnya "milir".

Jadi, tanggal 15 Juli kemarin, saya "
milir" atau pulang kampung ke Samarinda. Jika tahun lalu saya menggunakan jasa transportasi darat  (disebutnya taksi, angkutan mobil biasanya Avanza, Xenia, atau Innova), tahun ini saya mencoba transportasi udara.

Ada beberapa jenis angkutan yang dapat digunakan untuk "milir" "mudik" di Kutai Barat. Diantaranya melalui transportasi air melewati Sungai Mahakam. Kapal menuju Samarinda berangkat dua kali sehari, yaitu pada pukul 18.30 (setelah adzan Magrib) dan sekitar pukul 21.00. Tiketnya dijual seharga Rp. 120.000,- untuk bagian lantai bawah (tanpa tempat tidur) dan Rp. 150.000,- untuk di lantai atas (ada fasilitas kasur kecil dan bantal). Waktu tempuh kurang lebih 15 jam perjalanan hingga sampai di pelabuhan Sungai Kunjang Samarinda.

                                                               Pelabuhan Melak


                                             kapal pertama berangkat sekitar pukul 18.30


                                          beberapa saat berlayar melintasi Sungai Mahakam



Selain itu kita juga bisa menggunakan transportasi darat menggunakan Bus Damri atau menggunakan "taksi". Saya kurang begitu tahu berapa harga tiket untuk bus, karena belum pernah menggunakannya. Selain faktor kenyamanan, Kutai Barat belum memiliki terminal angkutan umum, sehingga agak sedikit kesulitan dimana mendapatkan angkutan ini (harus menunggu di pinggir jalan).

Untuk jasa "taksi", biaya yang dikeluarkan sekitar Rp. 250.000,- untuk posisi di depan, Rp. 200.000,- untuk posisi di tengah, dan Rp. 150.000,- di kursi paling belakang. Waktu tempuh sekitar tujuh jam termasuk istirahat.


                                                    melintasi jalanan Kutai Barat


Transportasi udara ada beberapa pilihan maskapai yang bisa digunakan (ada dua), yaitu Kalstar dan Susi Air. Kalstar terbang setiap hari ke Samarinda melalui Balikpapan. Harga tiketnya berkisar Rp. 700ribuan hingga Rp. 800.000.Untuk Susi Air harga tiketnya berkisar Rp. 500ribuan dan hanya terbang tiga kali seminggu, yaitu setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Susi Air baru kembali terbang sekitar dua bulan terakhir setelah beberapa lama tidak aktif terbang di Kutai Barat.


                                                      Bandara Melalan, Kutai Barat


                                                  Susi Air PK-BVU C208 GrandCaravan



Pengalaman pertama saya naik pesawat kecil dan sangat bersemangat walaupun sedikit cemas. Setelah menunggu pesawat yang sedikit delay, sekitar setengah jam terlambat datang dari Datah Dawai, akhirnya saya bersama tiga belas penumpang lain berangkat pada pukul 16.00 dan tidak sampai satu jam sampai di Bandara Temindung Samarinda.

Pengalaman cukup luar biasa bagi saya bisa melihat pemandangan hutan Kalimantan, Sungai Mahakam, dan tidak lupa bagaimana sensasi pada saat landing di Bandara Temindung yang sangat dekat dengan pemukiman dengan menggunakan Susi Air PK-BVU C208 GrandCaravan.


                                               Sungai Mahakam, sesaat setelah take off
                                      

                                                                  hutan Kalimantan

Jadi tidak ada salahnya mencoba moda transportasi di Kutai Barat, dan rasakan sendiri sensasi yang berbeda ditiap pilihannya.

Jangan lupa lihat video pada saat landing di Bandara Temindung, Samarinda : https://youtu.be/ErS6jA3kWJ4




Selasa, 14 Juli 2015

OLEH OLEH KHAS KUTAI BARAT


Saya sempat bingung mencari oleh-oleh khas Kutai Barat untuk dibawa pada saat Lebaran. Soalnya tidak banyak info yang saya dapat mengenai makanan khas Kutai Barat. Sampai saya ketemu Toko “Nisa” yang berlokasi tidak jauh dari Pelabuhan Melak ini. Tepatnya di Jl. Kapten P. Tendean, tidak jauh dari simpang tiga Pos Polisi Pelabuhan.

Disana saya banyak tahu apa saja oleh-oleh khas bumi Tanaa Purai Ngeriman. Saya bertemu dengan pemilik Toko yang menjadi sentra penjualan Kelompok “Mekar Sari” Melak. Selain menjadi tempat penjualan aneka oleh-oleh dari anggota Kelompok, sebagian produk juga diproduksi di toko sederhana yang juga menjual sembako itu. 


1. JELORE

Makanan khas ini terbuat dari tepung sagu dan pati singkong. Bisa langsung dinikmati dengan dicampur minuman hangat, seperti susu, teh, dan lainnya.

 

2. BIJI DELIMA

Panganan khas Kutai Barat yang bentuknya seperti buah delima ini biasa dimasak seperti membuat bubur atau kolak. Cukup direbus dan ditambahkan santan dan gula merah.



3. KERUPUK BUMBU RASA KETUMBAR

Kerupuk berbahan dasar tepung, bawang putih, ketumbar, dan berbagai bumbu ini, juga dapat  ditemukan di toko ini.

 

4. KERUPUK TRIGU SPESIAL

Kerupuk satu ini juga tidak kalah enaknya. Bisa dimakan langsung sebagai camilan atau bisa  sebagai teman pada saat makan besar.

 

5. KERUPUK IKAN BELIDA

Ikan Belida atau Ikan Pipih juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kerupuk. Rasanya kurang lebih sama dengan olahan Ikan Belida lain seperti amplang hanya rasanya tidak setajam amplang.




 
6. KERUPUK IKAN HARUAN

Ikan Haruan atau Ikan Gabus banyak terdapat di daerah ini. Salah satu olahannya adalah Kerupuk Ikan Haruan yang dijamin membuat lidah bergoyang.




Produk-produk yang dihasilkan dijamin bebas bahan pengawet. Meskipun produksinya masih berkskala rumah tangga, beberapa produk sudah berhasil dipasarkan secara luas, bahkan hingga ke Bandung.

Apabila berkunjung ke Kutai Barat, jangan lupa membawa oleh-oleh khas. Harganya pun sangat terjangkau, dari Rp. 10.000,- hingga Rp. 50.000,- saja. Silahkan langsung datang ke Toko Nisa, Oleh-oleh Khas Kutai Barat, Kelompok “Mekar Sari” Melak, Jl. Kap. P. Tendean RT. 01 No. 4, Melak Ulu, No. Hp. 0812 5853 3030.


















   

Senin, 06 Juli 2015

SAMARINDA II AIRFIELD (MELAK)



Sekitar satu tahun ini saya bekerja di Kutai Barat tepatnya di Kecamatan Melak. Tidak begitu banyak informasi yang saya tahu tentang Melak ataupun Kutai Barat sebelumnya. Sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh hutan belantara, itu dipikiran saya waktu itu. Menantang diri saya sendiri yang dari lahir tinggal di Samarinda, kenapa tidak? Ternyata Kutai Barat begitu membuat  saya kagum dan jatuh cinta. Banyak potensi wisata yang bisa digali di daerah ini.



Kutai Barat merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Kutai yang telah ditetapkan berdasarkan UU. Nomor 47 Tahun 1999 yang beribukotakan Sendawar. Berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2013, Kabupaten Kutai Barat dimekarkan lagi melahirkan Kabupaten Mahakam Ulu.



Kutai Barat terkenal dengan floranya, yaitu Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) yang terletak di Cagar Alam Kersik Luwai. Kutai Barat juga memiliki rumah adat yang disebut Lamin, air terjun, danau, serta berbagai kerajinan. Selain itu Kutai Barat juga menyimpan potensi wisata sejarah Perang Dunia II.



Sejarah Samarinda II Airfield



Samarinda II Airfield adalah pangkalan udara rahasia yang didirikan Belanda pada tahun 1936 dan beroperasi pada tahun 1938. Samarinda II berada di 115° 46' 0" E / 0° 12' 0" S (Melak East) dan 115° 44' 0" E / 0° 13' 0" S (Melak West).



Belanda menggunakan pangkalan tersebut sebagai antisipasi bila terjadi perang dan seluruh pangkalan udara lain dihancurkan musuh. Nama sandi lapangan terbang rahasia ini adalah Scheveningen. Pada saat itu lapangan ini tertutup hutan rimba dan untuk masuk ke lapangan tersebut hanya dengan melalui Sungai Mahakam. Serangan dadakan atas lapangan udara itu sangatlah mustahil dilakukan. Kerahasian lapangan udara rahasia ini hanya diketahui beberapa orang Pegawai Belanda saja.



Pada saat itu Samarinda II Airfield berada dibawah komando  Major KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) G. du Rij van Beest Holle dengan 500 orang personel. Satuan ini terdiri dari:

• KNIL Infantry Company
• Anti-Aircraft Battery (4 x 40mm guns)
• Anti-Aircraft Machine-Gun Platoon (AAMG)
• Mobile Auxiliary First Aid Platoon
• Milisi Datasemen dengan 5 regu independen dengan sekitar 75 orang


Komandan Samarinda II Airfield pada saat itu adalah KNIL Angkatan Udara Mayor LCA van Dam. Pada lapangan terbang tersebut ditempatkan unit-unit seperti:
Ie Vliegtuiggroep (Grup 1)
• 1-VI.G.I (Bomber Skuadron) dengan 11 WH-3 Glenn Martin bombers, dikomandani oleh KNIL Air Force Captain W.F.H. van Rantwijk.


Ve Vliegtuiggroep (Grup 5)
• I- 1.VI.G.V. (Fighter Skuadron) dengan 4 B-339D Brewster Buffalo fighters, dikomandani oleh KNIL Air Force 1st Lieutenant P.A.C. Benjamins.
• II-1-VI.G.V (Fighter Skuadron) dengan 4 B-339D Brewster Buffalo fighters, dikomandani oleh KNIL Air Force 2nd Lieutenant J.N. Droog.


Pada 24 januari 1942 Angkatan Udara Jepang menemukan pangkalan udara ini dan terus menerus menggempurnya selama dua hari dengan pesawat A6M2 Zero dan dicegat oleh 5 Brewster Buffaloes. Dua pesawat Brewster Buffaloes Belanda ditembak jatuh dan sebuah pesawat A6M2 Zero milik Jepang jatuh di lapangan udara namun pilotnya selamat.
Pada 28 Januari 1942, dua pesawat Brewster Buffaloes lainnya ditembak jatuh dan Belanda mengevakuasi pangkalan udara ini namun pasukan diperintahkan tetap berada di lapangan udara karena Ameriak berjanji akan mengirimkan 1000 pasukan. Sebagian besar tentara KNIL pergi berpencar masuk ke hutan dan bertempur namun para tentara KNIL kewalahan dan dihabisi oleh Jepang. Selain itu Jepang juga meminta bantuan orang-orang Dayak untuk menghabisi mereka (http://www.pacificwrecks.com/airfields/indonesia/samarinda2/).

Pasukan Jepang akhirnya tiba di Samarinda II Airfield pada 19 Maret 1942. Namun Jepang tidak menggunakan Samarinda II Airfield karena sulitnya pasokan (sekitar 160 kilometer dari Balikpapan melalui medan yang cukup sulit). Mereka mengambil apa yang berguna, dan meninggalkan satu detasemen infanteri kecil untuk menjaga salah satu landasan untuk penggunaan darurat. Gerard du Rij van Beest Holle dibawa disebuah Kem Jepang yang berada di Tarakan dan pada 4 Juni 1944 Ia meninggal. Ia dikuburkan kembali setelah perang di pemakaman perang Belanda Kembang
Kuning ke Surabaya, di Blok B, No 414 (http://www.stiwotforum.nl/viewtopic.php?p=180699).

 

Keadaan Samarinda II Airfield Sekarang



Menurut artikel berita di http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/89756-hargai-sejarah-resimen-au-melak-layak-dibangun.html , sekitar tahun 70-an Samarinda Airfield diwacanakan sebagai lapangan tembak udara oleh TNI AU. Namun wacana tersebut gagal karena terkendala dengan bangunan milik warga. Komandan Lanud (Danlanud) Balikpapan Kolonel Pnb Tri Bowo Budi Santoso mendukung pembangunan Resimen AU di Melak, sebagai bentuk pertahanan dan kesiapan jika terjadi perang.



Sejumlah perlengkapan Perang Dunia II masih bisa ditemukan di sejumlah titik di wilayah kawasan Pangkalan Udara TNI-AU Perwakilan Kubar. Tepatnya di Jalan Sendawar Raya, Kampung Gemuhan Asa (Bohoq) Kecamatan Barong Tongkok, atau 9 kilometer dari pusat perkantoran Pemkab Kubar menuju Melak. Hasil penelusuran di kawasan eks Samarinda II Airfield masih bisa kita temui diantaranya gudang peluru, bunker,  pillbox (sarana pertahanan menahan gempuran udara). Lalu ada dua bangunan yang kini digunakan sebagai Kantor Perwakilan TNI-AU di Kubar. Sekitar 600 meter kita dapat menemukan bangunan yang dulunya adalah rumah sakit dan sekarang difungsikan sebagai kantor PDAM.



Sekitar tahun 2009 sebuah bangunan tua peninggalan Belanda dirobohkan untuk proyek pelebaran Jalan Poros Barong Tongkok – Melak. Disana ditemukan banyak mortir peninggalan Perang Dunia II dan kini diamankan di Gudang AURI yang juga merupakan gedung peninggalan Belanda. (agak serem juga masuk kesana karena pertama kali kesana ketemu ular, dan amit-amit sampe keinjak granat. Lol).



Selain itu yang juga menjadi tantangan dalam pelestarian peninggalan Perang Dunia II adalah adanya perselisihan lahan dengan warga sekitar. Banyak kawasan peninggalan Perang Dunia II sekarang telah menjadi tempat tinggal, kebun, serta kandang ternak milik warga. Sangat diperlukan kesadaran dari semua pihak baik Pemerintah, warga sekitar, dan seluruh masyarakat Indonesia dalam menjaga peninggalan bersejarah ini. Yang sedikit bisa saya lakukan adalah menyusun tulisan ini, agar masyarakat luas mengetahui adanya situs penting peninggalan Perang Dunia II. Kita semua merasa memiliki dan berkewajiban menjaganya agar kita tidak melupakan peristiwa bersejarah yang telah terjadi di Kutai Barat.

                                   Pangkalan Udara Samarinda II Airfield 26 Oktober 1944




                       Martin Bomber, salah satu jenis pesawat yang beroperasi pada saat itu




                          Makam Maj. Inf. KNIL Gerard du Rij van Beest Holle di pemakaman perang Belanda Kembang Kuning Surabaya,di Blok B, No 414
 
 
 
                        Eks. Bangunan Belanda, sekarang menjadi Kantor Perwakilan TNI AU di Kutai Barat




                            Eks. Bangunan Belanda yang digunakan sebagai Kantor PDAM (bagian depan)





    Eks. Bangunan Belanda yang digunakan sebagai Kantor PDAM (bagian belakang)




 Bangunan eks. Belanda dikawasan Kantor TNI AU (didalamnya berisi mortir yang ditemukan pada saat pembangunan jalan poros Barong Tongkok - Melak)




                                              Mortir di sebuah bangunan di kawasan Kantor TNI AU




                                               Bandar Udara Melalan Sendawar, Kutai Barat sekarang




        Reruntuhan gedung eks. Belanda di lingkungan Kantor TNI AU



                                                                           Gudang Peluru




                                                                                 Pillbox



                                                                      Bekas tempat pemandian




 
                                                                            Bekas penjara




                                                               Bekas penampungan air/sumur